Disetiap Daerah, Kota, maupun Negeri pasti memiliki sesuatu ciri khas baik itu monument ataupun makanan sekalipun. untuk kali ini saya akan menceritakan makanan khas dari kota kelahiran saya yaitu Serang Banten.
Di Serang Banten terkenal sekali dengan makanan yang bernama Sate Bandeng, tapi sate bandeng yang satu ini berbeda dengan yang lain biasanya banyak orang tidak menyukai ikan bandeng karena memiliki banyak tulang jadi orang-orang sulit untuk memakannnya. tapi sate bandeng yang satu ini tidak memiliki tulang dan tidak usah takut untuk memakannya.
Cara membuat sate bandeng yang saya ketahui :
1. Kita bersihkan ikan bandeng dari sisik dan kotoran, lalu keluarkan daging dan tulangnya dari kulitnya, jangan sampai rusak ya kulitnya.
2. lalu kita buang tulangnya, sehingga tinggal tersisa dagingnya saja.
3. daging tersebut dicincang halus dan diberi bumbu-bumbu penyedap dan tambahan lainnya sehingga menjadi adonan.
4. setelah adonan selesai, masukan adonan tersebut kedalam kulit yang tadi sudah dibersihkan dari tulang dan daging sehingga setelah adonan dimasukan kedalam kulit lagi terlihat seperti ikan bandeng kembali yang belum dikeluarkan daging dan tulangnya.
5. lalu jepit ikan tersebut dibambu agar mudah untuk membakarnya, dan adonan yang masih ada dilapiskan lagi ke ikan bandeng tersebut.
Gambar : sate bandeng saat sedang dibakar dan dilumuri adonan lagi diatasnya.
Setelah sate bandeng matang, siap untuk disajikan dan disantap, rasa sate bandeng ini adalah manis dan gurih.
Silakan mencoba atau datang langsung ke Kota Serang Banten.
Gambar : Sate bandeng yang telah matang dan siap dinikmati.
selain Sate Bandeng, ada juga nih :
NASI SUM-SUM
Nasi bercampur sum-sum tulang kerbau atau kambing ini merupakan
makanan khas serang, nasi sum-sum dimasak dengan cara dibakar sehingga
menghasilkan aroma serta cita rasa istimewa yang dapat membangkitkan
selera makan. Meski tergolong makanan langka, nasi sum-sum masih dijual
di beberapa rumah makan di Serang.Para penjual awalnya menyiapkan
bahan-bahan nasi sum-sum di rumah seperti sum-sum tulang kerbau ataupun
kambing, sedangkan nasi dimasak secara terpisah. Adapun bumbu yang akan
menentukan rasa nasi sum-sum ditumbuk. Setelah itu, bumbu dicampurkan
dengan nasi dan sum-sum tulang kerbau ataupun kambing.
Campuran nasi dan sum-sum yang telah diberi bumbu kemudian
dibungkus daun. Bungkusan nasi sum-sum tersebut selanjutnya dibakar di
atas bara api di tempat berjualan. Jika siap untuk disajikan nasi ini
berwarna kuning yang di bungkus dengan daun pisang mirip pepes yang
hampir gosong warna daunnya. Aroma nya cukup menggugah selera, selain
harum akan daun serai nya lalu bau dari sum-sum nya akan lebih terasa di
sekitarnya. Nasi sum-sum biasanya dihidangkan bersama telor asin,
sambel kacang dengan emping sebagai kerupuknya.
Bahan untuk membuat Nasi Sum-sum ini adalah : beras
putih, sum-sum sapi atau kambing, daun salam, daun sere, lengkuas,
bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe merah, tomat, garam dan
minyak goreng.
NASI UDUK
Makanan yang satu ini emang banyak di temui di
sepanjang jalan Kota Serang. Bahan untuk membuat Nasi Uduk adalah :
beras putih, santan kelapa, daun salam, daun sere, lengkuas, garam dan
penyedap.
NASI SAMIN/KEBULI
Makanan yang satu ini emang banyak di temui dimana-mana
di Jakarta misalnya, karena makanan ini makanan yang dibawa oleh bangsa
Arab waktu zaman kesultanan, dan masakan ini biasa disajikan
dimasyarakat Serang jika sedang melangsungkan pernikahan ataupun
sunatan, Bahan untuk membuat Nasi samin atau kebuli adalah : beras
putih, minyak samin, daun salam, daun sere, lengkuas, biji pala, kayu
manis, cengkeh, jinten, garam dan penyedap.
KETAN BINTUL
Di Banten ada tradisi yang sudah berlangsung sejak 15 Abad yang
lalu, suatu kebiasaan yang sangat sulit untuk dilupakan, karena
kebiasaan ini hadir bukan hanya sebagai santapan pembuka dibulan
Ramadhan saja, tetapi sudah menjadi makanan keseharian bagi masyarakat
Banten dari berbagai macam kalangan dan golongan.
Namun Ketan Bintul akan lebih mudah kita jumpai pada saat bulan
Ramadhan disepanjang daerah pinggiran pasar lama Serang, karena bagi
masyarakat serang sendiri keberadaan Ketan Bintul dibulan Ramadhan ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan. “Tanpa Ketan Bintul dibulan
Ramadhan ini, terasa tidak puasa”, begitulah pemikiran yang sudah
mengakar di Serang. Konon menurut cerita dari orang-orang tua terdahulu,
ketan bintul merupakan makanan kegemaran Sultan Maulana Hasanuddin,
seorang pangeran yang menjadi panutan masyarakat kerajaan Banten pada
waktu itu. Padahal makanan ini diketahui adalah makanan khas rakyat
biasa. Karena seorang Sultan memiliki budi pekerti yang tinggi dan
selalu menjadi contoh ahlak dan prilakunya dimata rakyatnya, maka sejak
rakyat mengetahui seorang Sultan juga menyukai ketan bintul, maka sejak
itulah mulai menjadi budaya, bila seseorang berbuka puasa dengan ketan
bintul maka seakan-akan menghargai dan menghormati Sultan.
Dan ada kebanggaan tersendiri saat menikmatinya.
Padahal kita tahu kental bintul dilihat dari model, rupa dan bahan yang
sama dengan uli atau gemblong makanan khas lain yang ada di Banten juga.
Bahkan bahan dan cara pembuatannya tidak jauh berbeda yakni dari beras
ketan.
Ketan bintul terbuat dari beras ketan yang dikukus,
setelah nampak matang, lalu di letakan pada sebuah wadah yang sudah
disiapkan, dahulu wadah tersebut dari bekas karung beras yang terbuat
dari plastik yang tidak ada gambarnya atau merknya karena akan mengotori
ketan yang akan ditumbuk ketika gambar itu luntur, diletakan dibawah
pada lantai atau semen yang rata sebagai tilam. Ketan yang sudah
dipastikan matang tersebut kemudian ditumbuk halus masih dalam keadaan
panas dengan sebuah alu kayu yang ujungnya diberi pelapis dari plastik
atau alat penumbuk lainnya yang bersih dan tidak mudah
luntur.Menumbuknyapun harus dengan tenaga yang besar, disini perlu
diperhatikan beras yang sudah menjadi ketan tersebut jangan sampai
kehilangan panasnya, agar pada saat menumbuk cepat halus dan empuk.
Makanya membutuhkan kecepatan dan kecermatan serta
mengerti betul bagian-bagian mana yang belum tertumbuk.Sambil
membolak-balik penumbukan terus dilakukan hingga diyakini tidak ada
bagian sedikitpun yang tidak tertumbuk. Memang melakukannya tidak boleh
ada istirahat, karena panas yang dikandung pada ketan akan cepat menguap
dan lekas menjadi dingin, bila ini yang terjadi ketan akan sangat keras
ditumbuknya maka akan sulit mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna,
kemungkinan juga hasilnya akan gagal. Apabila sudah terlihat rata
halusnya yang ditandai lengketnya uli (ketan yang sudah ditumbuk halus),
segera beberkan atau dibentuk sesuai keinginan tebal dan ukurannya,
yang umum dijajakan pedagang biasanya berbentuk wajik yang dibungkus
dengan daun pisang, agar awet dan tetap nampak kelihatan putih.Setelah
itu siapkan parutan kelapa sesuai kebutuhan, lalu disangrai (digoreng
tanpa minyak goreng), sampai terus diaduk-aduk agar merata
matangnya.Kalau sudah nampak kecoklat-coklatan ditiriskan beberapa
menit, kemudian digerus dengan menggunakan alat penggerus dari batu kali
yang umum dipakai oleh ibu-ibu rumah tangga, sampai halus benar. Bila
sudah halus tambahkan gula pasir dan garam halus, satukan biar merata
benar manis dan asinnya.
Untuk menggugah selera ambil cabai merah secukupnya,
iris kecil-kecil memanjang.Kemudian buatlah goreng bawang merah agar
harum dan beraroma, Pisahkan dengan bubuk sangrai kelapa tadi (bintul)
jangan dicampur. Menjelang berbuka puasa tiba sajikan uli yang sudah
dipotong-potong tadi lalu taburkan diatasnya bintul, irisan cabai merah
dan goreng bawang merah, ditemani segelas kopi atau teh manis, kelezatan
dan kenikmatannya tak terbayangkan.
RABEG
Siapa yang tak kenal dengan sajian kuliner khas Serang yang satu ini ?
Mungkin sebagian masyarakat serang pada umumnya cukup mengenal
Rabeg di berbagai daerah kota maupun di kabupaten. Karena terkenalnya
menu masakan ini, hampir di berbagai tempat di daerah provinsi Banten
dan sekitarnya, menu masakan ini banyak kita jumpai di berbagai tempat,
baik di pusat jajanan lokal, di pasar tradisional maupun di rumah makan
yang menjual aneka jajanan dan masakan khas Banten. Rabeg merupakan
salah satu bagian dari masakan khas kuliner Kota Serang. Berkembangannya
hingga saat ini masih tetap di lestarikan oleh masyarakat setempat. Hal
ini dapat dibuktikan dengan banyaknya para pedagang yang menjual menu
masakan ini.Rabeg adalah sejenis masakan yang menghidangkan daging
kambing mirip dengan semur betawi tapi lebih berkuah.
Bahan untuk membuat rabeg ini adalah : daging kambing, daun salam,
lengkuas, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, jahe, jinten, pala
bubuk, kayu manis, cuka, kecap manis, gula merah, garam dan minyak
goreng.
Rasa dari masakan ini manis pedas seperti semur bercampur tongseng,
yang paling menonjol dari rasanya adalah jahe dan ladanya. Masakan ini
cukup menghangatkan perut, selain dengan rasanya yang pedas dan hangat
di tambah dengan daging kambingnya yang tinggi akan kolesterolnya. Rabeg
biasanya dapat kita jumpai di saat pesta dan selamatan, yaitu pesta
pernikahan dan akikahan kelahiran anak.Pada umumnya, di setiap acara
pernikahan maupun khitanan rabeg selalu menjadi sajian utama.Adapun yang
menjadi teman makanan rabeg adalah nasi samin.Persaingan bisnis rumah
makan yang menyajikan menu rabeg sebagai andalannya memang bukan hal
baru lagi bagi H. Markam.Dengan konsistensi menggeluti usaha rumah makan
ini, H. Markan tetap mempunyai pelanggan setia.Namun saat ini
perkembangan nya sudah meluas dan sudah di jadikan sebagai lahan bisnis.
Karena bukan hanya masyarakat Serang saja yang dapat menikmatinya akan
tetapi masyarakat luar Serang pun sudah banyak yang menggemarinya.
Selamat mencicipi ya kawan…
0 komentar:
Posting Komentar